Hakikat Idul Fitri Amar Makruf Nahi Mungkar

Saturday, August 17, 20130 comments

Kata Ustadz, Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah menang melawan hawa nafsu dengan berpuasa selama sebulan penuh di bulan  Ramadan. Namun demikian tidak ditemukan pula dalil yang melarang umat Islam yang tidak berpuasa untuk ber-Idul Fitri, bahkan tak jarang yang tidak berpuasa ini pula yang paling sibuk merayakannya.  Kalau demikian umat Islam yang tidak menjalani puasa Ramadan, tetapi  merayakan Idul Fitri dapatlah dikatakan sebagai umat yang patuh pada perintah Allah untuk hal-hal yang menyenangkan dan ingkar untuk perintah yang memerlukan perjuangan. Kata orang Minang cadiak buruak.

Idul Fitri dan Idul Adha adalah sesuatu yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk mencegah kebiasaan mungkar yang dilakukan oleh kaum Jahiliyah di Madinah. Sebab kaum Jahiliyah ketika itu memiliki dua hari raya yang dirayakan penuh hura-hura, mabuk-mabukan dan kegiatan maksiat lainnya sebagaimana sabda nabi, “Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan Idul Fitri dan Idul Adha“. Dengan perkataan lain  merayakan Idul Fitri dan Idul Adha bagi umat Islam hakikatnya  amar makruf nahi mungkar. 

Bertitik tolak dari hadist  di atas, maka dalam merayakan Idul Fitri itu tidaklah identik dengan sesuatu yang berlebihan dengan segala yang serba baru. Namun demikian Rasulullah memberikan tuntunan bagi umatnya dalam ber-Idul Fitri yang telah menjadi nuansa khusus di tengah umat muslim. Tiga hal pokok dalam ber-Idul Fitri yang tak pernah ditinggalkan oleh umat Islam adalah; mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid sejak Maghrib akhir Ramadan sampai khatib naik mimbar, Salat Ied, dan menunaikan zakat fitrah. Perbuatan makruf lainnya yang disunatkan Rasulullah dalam merayakan Idul Fitri adalah; mandi sebelum berangkat Salat Ied, memakai wewangian, menggunakan pakaian bagus, makan sebelum berangkat Salat Ied, pergi Salat Ied dengan berjalan kaki, mengunakan jalan yang berbeda pada pergi dan pulang salat, menganjurkan anak-anak dan wanita yang sedang dalam halangan untuk hadir ke lapangan tempat Salat Ied, bertakbir, tahlil dan tahmid menuju tempat salat, bersilaturahim dan saling bermaaf-maafan.

Namun demikian tidak pula salah adanya berbagai kebiasaan di tengah masyarakat kita akhir-akhir ini, seperti mudik lebaran, mempercantik rumah, memasang lampu colok, pawai takbir dan lain sebagainya sepanjang hal tersebut tidak bertentangan yang digariskan Allah dan rasul. Kebiasaan-kebiasaan dalam merayakan Idul Fitri juga diketemukan di seluruh negara Islam maupun di negara yang terdapat umat Islam di dalamnya sesuai dengan budaya mereka masing-masing. 

Di Arab Saudi, Sudan, Suriah dan beberapa negara Timur Tengah lainnya perayaan Idul Fitri diisi dengan acara kesenian, seperti teater, baca puisi, parade dan pertunjukan musik yang tentunya bernafaskan Islam. Kebiasaan menghiasi dan memperindah rumah juga terjadi di sini. Makanan favoritnya adalah masakan khas mereka yang terbuat dari daging domba yang dicampur nasi dan sayuran. Berawal dari kebiasaan dari masyarakat di Turki yang saling  mengantar manisan yang diikuti saling bersalaman dan sungkem kepada orang tua disaat Idul Fitri, maka istilah Festival Gula atau Seker Bayram dikenal pula sebagai istilah untuk Idul Fitri di Turki. Seperti halnya di Indonesia, para anak-anak di Turki juga selalu mendapat hadiah uang atau permen setelah bersalaman pada orang yang lebih tua.

Walaupun Australia bukan negara Islam, tetapi  umat muslim  mendapat hak libur Idul Fitri dan mengizinkan jalan di daerah mayoritas muslim digunakan sebagai tempat Salat Ied. Di China Idul Fitri ditetapkan sebagai hari libur dan dengan mengunakan jas dan kopiah putih bagi pria dan menggunakan busana tertutup dan berjilbab bagi wanita masyarakat Islam Cina berbondong-bondong pergi menunaikan Salat Ied yang dilanjutkan dengan bermaaf-maafan dan makan-makan. Karena di Suriname terdapat banyak kaum muslim keturunan Jawa, maka perayaan Idul Fitri di sini tak berbeda jauh dengan di Indonesia. Penetapan 1 Syawal di Suriname ditentukan sendiri oleh umat muslim di sana dengan menggunakan perhitungan ala primbon Jawa yang ditinggalkan nenek moyang mereka sejak ratusan tahun silam.

Di Afrika Selatan, pada hari terakhir Ramadan umat muslim berbondong-bondong menuju Green Point di Cape Town untuk menyaksikan 1 Syawal sambil berbuka puasa bersama dan Salat Maghrib bersama. Setelah Maghrib diumumkan tentang telah datangnya 1 Syawal dan besok harinya dilakukan Salat Ied. Setelah Salat Ied sebagaimana di negara kita dilanjutkan dengan saling mengunjungi sanak saudara dan kerabat dan saling bermaaf-maafan.

Di New Delhi India, pada 1 Syawal umat muslim beramai-ramai mengunjungi jamaah masjid untuk melaksanakan Salat Ied. Selanjutnya saling mengunjungi dan saling bermaafan juga terjadi di sini sambil menikmati makanan khusus yang disebut dengan Siwayaan. Siwayaan adalah campuran antara bihun manis, buah kering dan susu yang biasanya ditampilkan dengan bentuk dan warna yang bervariasi.

Di negara kecil dengan minoritas Islam Fiji,  perayaan Idul Fitri yang tak berbeda jauh dengan negara Islam lainnya. Hidangan khas Idul Fitri di sini mirip dengan hidangan khas India yang mereka sebut dengan Samai. Samai terbuat dari mi manis yang dicampur susu yang biasanya disajikan bersama dengan samosasa, sejenis kari baik dari ayam maupun daging. Saat Ied dilakukan di masjid dengan hanya dilakukan oleh kaum lelaki saja.

Umat muslim di Amerika Serikat terdiri dari multi etnis dan untuk menginformasikan datangnya 1 Syawal komunitas muslim di sini menyebarluaskannya melalui telepon dan jejaring sosial. Karena berasal dari berbagai etnis tadi, maka setelah selesai Salat Ied sesama umat muslim biasa mengucapkan  Happy Eid atau Eid Mubarak.

Perayaan Idul Fitri di negara tetangga Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam hampir sama dengan di Indonesia dengan makanan khas lebaran seperti ketupat lontong, lemang, rendang, opor ayam dan sebagainya.

Di negara kita meriahnya Idul Fitri disebabkan beberapa faktor seperti mayoritas Islam, luasnya wilayah dan banyaknya jumlah penduduk membuat ciri khas lebaran dengan budaya mudik membuat suasana Idul Fitri menjadi semakin meriah. Meriahnya Idul Fitri di Indonesia bukan saja pada 1 Syawal, tetapi juga puluhan hari sebelum dan sesudahnya.

Karena mayoritas penduduk kita berasal dari golongan menengah ke bawah, maka momen Idul Fitri sekaligus sebagai momen liburan keluarga, momen membeli busana dan peralatan rumah tangga dan momen untuk bersenang-senang bersama. Sayangnya momen-momen di atas selalu membuat akan kewajiban, seperti masih sangat banyaknya fakir miskin dan anak yatim yang terlupakan oleh yang memiliki rezeki yang berlebih. Minal aidin wal faizin…!!!
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SURYANI CENTER - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger